Jumat, 28 Oktober 2011

Caraku mengingatmu

Jika itu benar dari awal;
     Bahwa nama-nama orang yang kita cintai, akan tertulis dalam hati. kita akan mencari sampai menemukannya.  Dalam hutan Kebingungan, dan Sesuatu Itu Mengingatkan kita, Bagaimana kita saling mencintai dulunya. Lalu saya pikir saya sudah menemukan petunjuk yang itu, Karena aku ingat beberapa bagian tertentu saja.
     Melalui jendela aku melihat, Bagaimana perubahan musim seperti catatan dalam beberapa harmoni. Tetapi cinta di mata kita, adalah musim gugur yang tak bertepi, guguran rindu yang bergelantungan dan berserakan didada ini. Setiap kali kita menyentuh satu sama lain, Dan rasanya Deja Vu. Hati in iMengungkapkan, Bagaimana aku mengingatmu seluruhnya.




     Hari demi hari aku kagum, Bagaimana cinta kita mengintensifkan transformasi bentuknya. Dalam setiap cara itu, seperti menyerupai selamanya. Tidak pernah meninggalkan kita. Seperti sinar matahari bersinar Itu, Seperti aroma mawar, Tidak ada kata tunggal mendefinisikan cinta kita. Kami disetel ke suara Yang menampilkan penciptaan, Bahwa kehidupan kita berputar di sekitar. Dan mencari satu sama lain, Dari satu juta hati kita memilih, kamu mengingatku dan aku mengingat mu.

     Paduan suara burung gereja di musim panas, Adalah bagaimana aku mengingatmu, Api unggun di musim gugur, Adalah bagaimana aku mengingatmu. Kebisuan hujan salju di musim dingin, Adalah bagaimana aku mengingatmu .

   DAN DI RUANG SIARAN INI, SAYA MENGINGATMU*

Sabtu, 08 Oktober 2011

Sore Yang Menjingga

     
     Angin ini, menarikku menuju temeram matahari sore itu, mendudukkanku pada awan putih yang bertahta di bawah langitmu. Berteman burung camar yang menari pulang ke utara, mungkin ke peraduanya. 
     Dengan layar yang menjingga, berarak rapi menuju barat daya. Waktu habis, seolah memberitahuku , bahwa penjaga malam sudah melebarkan sayap hitamnya se-antero raya.
     Sorepun menjingga, lalu bersepatu orange, membawa angin dingin sebagai selimutku. Akupun mengangguk, menyetujui malam mulai merasuk perlahan tapi pasti dalam waktuku. 
     Selamat bertemu kembali soreku, semoga kau masih menjingga, dan aku takkan rela kalau kau tergantikan warna lain. 
     Karena kau, adalah soreku yang akan selamanya menjingga 

Menikahi Malam

     Aku melajang, sejak kau keluar dari garis batas kehidupanku, melangkah menjauhiku dengan segala kekuranganku, meninggalkan ini dengan penderitaan yang nikmat. Dan sejak saat itu juga, aku merintih, menyayat setiap malamku dengan suara parau, menderaskan hujan yang kubuat dari mataku.


     Tahukah kamu? Sampai sekarang pun aku masih menyimpan retakan senyumanmu dikala itu. Mencoba menyusunnya di kala aku butuh. Namun, senyuman itu melantun, dan berpendar seperti siluet senja yang habis dimakan jarum jam. Semenjak itu, aku mempunyai keinginan untuk mematahkan jarum jam, karena dia lah perenggut waktu bahagiaku.
     Setahun yang lalu, dan besok adalah ulang tahunmu, doaku selalu menyertaimu : doa baik dan buruk, tak bisa kau pilih, termasuk aku. Karena se-paket. Mulai sekarang, aku sudah tidak lagi melajang, karena aku, sudah 'menikahi malam'

Jumat, 07 Oktober 2011

SUCKturday Night

Saat semua rasa menjadi sama 
Saat semua waktu menjadi rancu
Saat itulah menuai rasa 
Saat itulah tak menentu 

Tepian jiwa batasan mimpi 
Tepian raga batasan nyata
Tepian hasrat untaian hati
Tepian firasat untaian fana 

Ahh,
Ini hanya permainan kata 
Yang ta semuanya benar dirasa 
Tergantung parapembaca