Sabtu, 28 Januari 2012

Rintihan dalam rintik

 Ketika hujan meniupmu dingin, dan ketika angin menerbangkan angan sampai jauh ke luar nalar,  maka jemarimu menerkap hangat pada dunia malam yang basah. Kaupun sadar, aku sudah keluar dari dunia kita.

“ Inilah malam, yang sangat menyiksa dengan dinginnya dalam kenangan yang menggelap
Bagaimana kita membuat udara ini menjadi sangat beku dalam malam
Sudah dingin, beku dan malam yang berbayang kamu “

Di setiap rintikan hujan, ada suara yang merintih diam diam yang tak mau di dengar. Parau, serak dan berserakan sendiri dalam dirinya. Menggelapkan gelapnya malam.

Bersandar pada ceceran air yang memasuki celah jendela kamar, dan harapan pun ikut menguap ke sana, ke alam yang tak terjamah.

Lapar, kosong dan berantakan.
Tak terurus, hanya membuat nya menjadi beda.
Aku, tak bisa membuatmu merasakan cinta ini pada sebuah masa, yang kusebut sekarang.

Sabtu, 14 Januari 2012

Pagi ini, aku bosan

Pagi ini aku bosan,
Masih dengan rindu yang menancap kuat kuat
Masih dengan  ingatan tentangmu yang mencuat
Masih dengan otakku yang berfungsi terlambat
Masih dengan bayang bayangan yang tertambat

Pagi ini aku bosan,
Memikirkanmu secara terus terusan
Memikirkanmu dalam kita di kenangan
Memikirkanmu yang sebenarnya menghambat kesadaran
Memikirkanmu di berbagai keadaan

Pagi ini aku bosan,
Mendengarkan lagu lagu kita kala itu
Mendengarkan rekaman suaramu di masa itu
Mendengarkan isi dada sebelah kiri yang tak tentu itu
Mendengarkan cerita kepalaku sendiri dengan seluruh organ itu


 Pagi ini aku bosan, dan rasanya ingin ku beranjak menemuimu disana, dengan membawa beberapa bukti kalau aku benar benar mengkhawatirkanmu. Kalau aku benar benar menginginkanmu lagi! 

Pagi ini aku bosan, dan memang kedengarannya melankolis banget. Kamu, yang selalu aku cumbui tiap malam ditelpon, adalah kamu yang tak pernah benar benar kamu untukku dimasa depan.

Pagi ini aku bosan, harus menyesapi kopi dengan pahit yang berasa hidupku sekarang. Iya, baiklaaah, aku akan terus hidup dikebosanan ini sampai benar benar ada yang baru, dan aku harap itu masih kau yang kemarin dalam bentuk beda 

Pagi ini, aku masih bosan ...

Sabtu, 07 Januari 2012

Semacam Rindu

 :aku yang menunggumu_ dari pagi ke pagi

Ini bukan lah sebuah sajak tentang rindu yang menggebu;
Akan tetapi, hanya sebuah rasa yang Cuma ingin ketemu
Kau tau ? ada hati yang menganga di dalam kalbuku
Meminta dan mengoyak beberapa permintaan yang menderu

Kita tak sedang benar benar melupakan;
Hanya saja mencoba seberapa kuat kita dipisahkan
Oleh jarak, waktu dan dimana kita diruangkan
Sabarlah sayang, ini terhitung ibadah, karena kita saling menguatkan

Antara kau, aku dan kisah yang tak tentu ini
Seharusnya ada yang kita amini
Sebagai perantara kalau kita akan abadi
Untuk apa yang telah kita jalani

Sebagaimana kau ketahui kalau aku masih sama
Sama seperti waktu dulu kala
Tak ubahnya rindu ini akan selalu kurasa
Bagai angin segar saat tak ada sapa

Disini, kuakui ada semacam rindu
Di hati yang berdebu dan bertalu

Dialog Monoton

Tersebutlah disebuah senja yang pilu dan bisu;

Kudengar hati dan fikir yang berdialog monoton. Melambai bagai alunan musik kosong yang tak bernada. Fikir menuntut hati agar segera mungkin untuk membersihkan sisa masa yang berserakan dimana mana, karena itu membuat fikir tak bisa bekerja dengan baik.

Namun, tak semudah itu “jawab hati” . hati memerlukan waktu yang tak tentu untuk benar benar membersihkan runtuhan itu. Fikir yang tak mau tahu, karena dia juga dituntut oleh yang bernama keadaan yang mengharuskan hal hal baru untuk difikirkan.

Lalu apa sekarang ? hati menangis, karena tak bisa memenuhi tuntutan fikir yang keras. Dia masih benar benar berusaha agar runtuhan yang berserakan itu tak bertebaran kemana mana memenuhi ruang dalam hati.

Perlu seseorang yang dengan bersedia melepas tancapan retakan kaca yang pecah dan mendalam dalam hati yang lunak ini.

Ohh fikir, mengertilah!

Jangan kau paksa hati sampai dia menangis begitu. Kau tak adil, bagaimana bisa kau melukai hati yang sangat mencintaimu. Mestinya kau fikirkan itu fikir!
Ya, baiklah. Sekarang kau carilah cara supaya hati bisa tenang, dan bantulah dia untuk melepas tancapan retakan kaca masa lalu ini. Beri hati pengertian, kalau kau fikir, akan selalu menemani hati dalam benar atau salah. Jangan Cuma bisa menyalahkan nya saja, tapi rasakan.

Dan, dialog monoton ini berakhir saat senja berganti malam;
Tanpa ada keputusan yang terputuskan ...

dan terimakasih, sudah memberikan pengertian agar aku tak banyak berharap 

Kepada seorang kekasih yang terjebak

/1/
Teruntuk kau, yang kusebut kekasih
Yang sekarang entah siapa
Apa yang kau rasakan saat kau dalam tubuhku ?
Kau yang selalu menguasai hati dan fikir
Tak peduli berapa puisi tercipta tentangmu
Melalui tangan, saat jemari menari
Saat keringat meluncur melalui mata, dan bibir

/2/
Adakah kau baui sesuatu yang aneh disana
Terperangkap dalam dalam di dadaku
Terkunci oleh rongga nafas
Ceritakan padaku, perihal penting itu
Semua yang ingin kau teriakkan tentang
Betapa terjebaknya kau dalam aku
Sungguh ingin kuketahui
Kalau kau juga tersiksa sepertiku

/3/
Ini, kuberikan kau puisi
Agar kau bebas tersirat dalam huruf  yang terikat
Di antara larik dan bait



Senin, 02 Januari 2012

Dalam kosong

-/-
Disepasang mata yang memejam
Ada beberapa siluet yang berhamburan
Membentuk bayangan tak pasti
Bayangan yang sudah aku kenali di masa sebelumnya

-//-
Aku menyaksikan kehebatan gelap
Mampu meramalkan apa yang aku fikirkan
Menimbulkan fatamorgana nyata
Dalam pejam bola mataku

-///-
Kau, terbentuk pelan tapi pasti
Disini, didalam rongga gelap pejamku
Dengan keaslian yang fana
Mana yang maya dan nyata
Aku buta dalam butaku.


-/*/-
Itulah yang terjadi, tatkala aku dalam kosong......


Mengalamatkan kalimat-kalimat

 Semoga kalimat kalimat ini nantinya akan sampai kepadamu, sementara aku-pun tak tau dimana alamatmu sekarang. Dimanapun engkau beralamatkan, aku yakin kalimat kalimat ini akan menemukan alamatnya sendiri. Semua disini, tertuju padamu. Mengertilah akan apa yang ingin disampaikan kalimat kalimat ini, ya! Hanya untukmu .

Beberapa kalimat sudah ku titipi pesan rahasia ku, pesan di masa lalu yang terkoyak kan difikiran ini, sekarang. Beberapanya lagi sudah aku pasangi mataku sebelah kanan. Supaya nanti, aku bisa melihat indah binar sepasang matamu lagi saat kau baca kalimat kalimat ini, tapi aku tetap bisa mellihat dan merasakan yang disini.

Ketahuilah, kalimat kalimat ini kutulis saat rumahku tergenang air yang hampir tengah malam ini. Entah kenapa, aku merasa air ini juga menggenangi mata mataku. Tentu saja di luar nalar kewarasan dan mauku.

Banyak harap yang ku alamatkan kepada kalimat kalimat ini untuk sampai pada alamatmu. Semoga sesegera mungkin sampai disana, dimanapun, di suatu apapun. Tak jadi masalah bagiku. Sesegeralah kau mengerti mau dari kalimat kalimat yang di alamatkan padamu ini, kalau mereka hanya memberikan titipan kalimatku, yang isinya : “jaga dirimu baikbaik “

Setelah kau membaca kalimat kalimat itu, kusuruh mereka menghambur ke udara, menjadi satu dengan hujan yang menderas di luaran. Supaya tak berbekas, dan tak dibaca wanitamu. Karena kuyakin, kau-pun tak akan mau wanitamu mengetahui kalimat kalimat rahasia ini. Pun begitu dengan aku.

Maka aku berpendar dengan kalimat kalimatku ini di senja sore itu...
Lihat lah awan yang kulukis, bertuliskan ‘selamat tinggal’

#banjir:00.00 26-12’11

Hanya penyuka

Aku dan kau, sebagai dua hal yang berbeda.
Mungkin benar kalau memang hanya ada suka, dan itu tak apa.
Seperti ada diantara ribuan cerita cerita lain yang bertemakan mendamba.
Namun, ternyata kisah ini kuilhami hanya sebatas memendam rasa suka.


Kau pasti tak tahu, seberapa besar aku suka kan ?
Seberapa sering aku mengirimimu bunga dengan vas vas yang berbeda setiap paginya.
Di halaman depan rumahmu, di meja kerjamu,
Hanya ku lakukan untuk menghidupi rasa suka yang tak bertuan ini.
Mengertilah, kalau aku naksir kamu.
Sebenar benarnya cerita ini, kebenaran dalam hati yang paling benar,
Kalau aku, naksir kamu ....

Tenang saja pangeran,
Saya ini hanya punya rasa suka semacam naksir yang tak terelakkan oleh batin.
Tapi sekali lagi, tak pernah selintas harap untuk menjadi kekasih,
Karena saya memang tak berani.
Saya takut dengan harapan yang tak kunjung menemui kenyataan

Dan jangan khawatir,
Memang seperti inilah aku dan jiwaku.
Di adakan hanya sebagai penaksir amatiran di dunia
Sementara kau, tuan!
Diciptakan selaksa hanya untuk aku taksir dengan segala kerinduan

Sampai pada batas waktunya nanti,
Mungkin kau akan tahu, ada seseorang yang menyukaimu,
Namun tak ingin menjadi bagian dari hidupmu,
Dia hanya mau melihatmu dari dekat.
Mengikuti apapun yang terjadi padaamu
Adalah orang yang mendoakanmu
 Dialah aku, sahabat dekatmu.
Yang sebisa mungkin menjaga hati nya dan hatimu
Kita akan seperti biasa tertawa,
Melakukan hal hal yang dilakukan selayaknya
Teman biasa-
Tapi tak bisa ku tutupi, aku,
Naksir kamu
Sahabat....


Teruslah tertawa,
Dan ceriakan harimu
Tanpa meemperdulikan aku dan sukaku padamu



#Cumanaksirunite

Hendak beranjak

Jadi seperti ini udara bulan januari, basah lembab dan bau. Bau tanah dan rerumputan dari pagi sampai pagi. Dan kita membuat janji untuk bertemu, untuk melepas rindu. Kau mengajak pertemuan ini di taman berpohon banyak dan rindang itu. Aku tak tahu maksudmu memilih tempat. Kenapa kita tak berjanji di cafe, sesambil menikmati kopi dan alunan music yang romantis, selagi hujan diluaran, malah memilih di rerimbunan pohon rindang yang berembun.

Sudahlah, tak jadi masalah dimana saja tempat untuk bertemu, asalkan dengan mu. Tetiba kau berkirim pesan singkat yang isinya “sampai jumpa di taman jam setengah lima, saat senja merajut di langit sore... CU dear kecup basah di pipi sebelah kirimu :)* ”

Sore itu, aku mengenakan gaun yang pernah kau puji warna ungu muda, dengan sepatu ringan yang indah menurutku. Dan siap bertemu denganmu ditempat dan waktu yang kau pesankan kala itu.

Dari belakang, kau terlihat agak kurusan dari beberapa waktu lalu. Namun kuberanikan memegang pundakmu, kau menoleh dan ternyata memang benar kau. Sore itu, kau nampak serasi dengan setelan jaketmu. “kau tak pernah berubah” katamu, sambil kau kecup keningku. “aku kan sudah janji, aku takkan pernah berubah demi kau” jawabku.

Dan kita melepas kerinduan dengan hanya bertanya kabar masing masing.



Benarlah, dia hanya menginginkan melepas rindu ditaman ini seperti dulu sebelum dia meninggalkanku ditaman ini juga. Mungkin dia rindu, memandangi sore yang basah di langit yang manja di antara pohon dan rumput yang bau ini.

Kubiarkan dia, meminjam bahuku untuk bersandar .

Dia bilang, dia mau pergi lagi, kali ini bedanya takkan kembali lagi. Beda dengan sebelumnya dia berjanji pergi untuk kembali. Terkejut, ya! Tak mau percaya, pasti!

Seiring meninggalnya senja, dia juga akan mdninggalkan ku . masih sama di taman ini, kau meninggalkanku untuk kedua kalinya.

Sekarang aku tahu, kenapa kau memilih tempat ini untuk pertemuan kita. Supaya aku bisa melihat dan benar benar menggambarkan punggungmu ketika kau menginggalkan ku di bawah bayang senja kelabu ini.

Tanpa kutahu, kau hendak beranjak kemana ...


Gula kapas tahun baru

Kita sedang berjalan tak tentu arah di malam penghujung tahun
Kau bertanya padaku; mau kemana ?
Ku  jawab; kemana saja asal sama kamu
Kita bingung sejenak
Dan sunyi ...
Tak sadar ternyata kita berhenti di depan penjual gula kapas
Aku melirik beberapa gula kapas yang sedang di ikat
Kau, menyaksikan aku
Dan turun memberiku satu gula kapas
Aku berbunga bunga
Tampak binaran di sela mata indahmu
Tapi kau hanya membeli satu
Hanya untukku
Lalu kau ? “begitu kutawari”
Kau mengelak tanda enggan
Ku nikmati kembang gula darimu
Dan kau melanjutkan melihatku
“Kau suka” ?
Iya, suka
Sejak kapan kau suka kembang gula ?
Sejak kecil
Apa lagi yang kau sukai
Selain kembang gula ini
‘Kau’ jawabku
Kita tersenyum bersamaan
Kembang gula tinggal sedikit,
Kita beranjak entah kemana lagi
Untuk yang kedua kalinya kau menanyaiku
Mau kemana ?
Dan aku masih menyelesaikan kembang gulaku
Terserah ... ‘jawabku’
Hari ini, untukmu, apapun kau mau ‘katamu’
Mauku, adalah maumu  ‘aku lagi’
Bagaimana kalau aku mau kamu mau aku ?
Maka kau dapatkan apa yang kau mau, aku mengabulkan :)
Dan dimalam tahun baru yang basah  itu,
Kita habiskan hanya dengan mendengarkan
Hati yang sedang bersajak masing masing
Sesambil menikmati gula kapas tahun baru ...


#31122011:2355