Semisal
malam; aku adalah jejerit bintang yang tak berteman. Semesta memuji ketabahan
pada diriku, tersebab apapun ku bicarakan pada hati ini kalau kesedihan juga
patut untuk dirayakan. Semalam yang tak mempunyai tepi kudendangkan nada nada
sepi, menyanyikan pilu sebagai alunan hati.
Terbayang
kolase kolase kesedihan. Sunyi. Terkadang aku ingin menjadi malam, yang berani
meratapi pekat kemudian luluh karena tak sanggup menahan kabut perih lara.
Melihat
seluruhnya melirih, melinangkan air mata yang bening dan mengantarkan beribu duka
dalam sisa sisa doa untukmu.
Langit
akhir malam ini berkata; tentang rindu yang sedang terluka. Bahwa kesedihan pun
bukan berasal dari mata yang berkaca pada masa lalu. Menghadirkan wajahmu yang
meluruh pada waktu. Tak ada lagi, tempat untuk menumpuk rerinduan yang tertahan
kala senja melukiskan mu.
hanya ada aku dan beberapa yangkusebut dengan benda bernyawa
Kebisuan
dini hari, tak ada bintang yang bercerita tentang kebahagiaan. Semuanya hanya
kesendirian. Bahkan bisik gerimis pada dedaunan dan desah angin pada ranting
melebih-lebihkan perasaan yang mengharu biru keterlaluan. Rerintikan hujan
melahirkan puisi yang menghembus dari jendelaku keluar dan bebas menjadi hujan
lagi, dan tak pernah kembali.
Dini hari
seperti ini adalah istana bagiku, tempat menerjemahkan rindu tanpa kata kata. dan
selalu kupercayai malam, sebagai pengisi mimpi yang sempat tertunda, tentu saja
dengan aku sebagai penghuni segala detak dan detik sepi yang merajam.
Dini hari
akan kalah pada pagi, sementara rindu ku akan mengalah pada langit yang
menjelma cahaya. Terkadang menerangi, terkadang membakar. Dengan aku yang bernaung di bawahnya tanpa tau apa-apa yang
terjadi.
Dan
biarkan, langit langit menjadi saksi, rasa cinta yang tak padam, hanya mengabu
pada sepi untuk kemudian menunggu pagi menjemput dengan iming iming mimpi yang
belum sempat terwujud semalam ini.
Ingatlah,
tuan!
Kelak
ketika langit itu menghujanimu dengan beribu tusukan yang membuatmu merindu,
saat kau mengalah pada kesepian, kenang aku sebagai separuh dari kebahagiaanmu.
Sementara nona ini akan menyandarkan hatinya pada waktu yang akan mengamini
semua doamu kelak.
Ketahuilah,
dan sangat penting kau ketahui. Kalau aku pernah menjadi jejak jejak kakimu,
yang membekas setiap kau melangkah menjauh. Menyembunyikan bau sesal dan senang
bersamaan.
Dari sini,
aku puan yang selalu meninggikanmu setingkat lebih tinggi dari langit dini hari
ini. Dan ku hidupi ketabahan yang raja, untuk menantimu di dasar liang,
tempatku berdiang anggun dengan segala yang tidak kupunyai .
~ 02:20~ Diah
Kusmira Dewi