Sabtu, 08 Oktober 2011

Sore Yang Menjingga

     
     Angin ini, menarikku menuju temeram matahari sore itu, mendudukkanku pada awan putih yang bertahta di bawah langitmu. Berteman burung camar yang menari pulang ke utara, mungkin ke peraduanya. 
     Dengan layar yang menjingga, berarak rapi menuju barat daya. Waktu habis, seolah memberitahuku , bahwa penjaga malam sudah melebarkan sayap hitamnya se-antero raya.
     Sorepun menjingga, lalu bersepatu orange, membawa angin dingin sebagai selimutku. Akupun mengangguk, menyetujui malam mulai merasuk perlahan tapi pasti dalam waktuku. 
     Selamat bertemu kembali soreku, semoga kau masih menjingga, dan aku takkan rela kalau kau tergantikan warna lain. 
     Karena kau, adalah soreku yang akan selamanya menjingga 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar