Kamis, 01 Januari 2015

Halaman pertama, 2015.




Setelah setahun lebih tak menulis di blog ini, ada rasa rindu yang membuat saya membuka akun ini lagi. Dasar saya memang sudah dimakan umur atau terlalu banyak email dan password yang saya gunakan, pertama kali memutuskan untuk membuka akun ini beberapa kali gagal. Sepuluh menit berlalu, dan akhirnya boom! Umur belum begitu mempengaruhi kelenjar otak saya.  Berhasil masuk! 

Bingung adalah hal yang pertama kali memenuhi kepala saya saat ini. Mau nulis tentang apa, karena saya tak lagi patah hati, tak lagi jatuh cinta teramat sangat dengan seseorang (even im already taken) dan tak lagi tergelitik untuk memperhatikan sesuatu yang harus saya komentari. 

Tapi toh, ada satu hal yang ingin saya tumpah ruahkan di dalam blog yang penuh sarang laba-laba ini. 

Yang banyak dikatakan orang sedunia, tanpa mereka tahu mungkin apa yang mereka rayakan itu adalah pintu gerbang menuju surge atau neraka baginya. Tapi ya, mari menikmati apa yang dipersembahkan Tuhan untuk kita. biarkan Tuhan membuat kita terkejut dengan semua hal ajaibnya. 2015!

Rabu, 07 Agustus 2013

Kepada Rindu yang tabah




Kepada hening yang bergeming menjadi jadi
Seluruh ruang adalah  labirin nyata beroptik ilusi
Kepada mata yang tak mau saling bertemu
Semua kantuk yang berujung pilu

Sayang, betapa mimpi ini akan kesepian
Sementara mata tiada semakin lelap
Seteru otak dan otot dalam kehidupan bertubuh
Sehingga melahirkan ketidakselarasan abadi

Kepada rindu yang tabah menyetia dalam tik-tok jam
Tegar ditepian ranjang yang kosong
Menunggu tuannya pulang, dalam keadaan baik saja
Betapa sabar adalah pekerjaan yang susah

Ah, aku merajam kata terlalu dalam
Merapal mantra malam malam kelam
Semakin tua kini rinduku padamu
Maka semakin bijaklah dia berpandai menyelimur

Ditiadakan segala luka, pada lupa
Berpuluh bulan lamanya kita bertuhan jarak
Maaf, saya hanya tak pintar berbohong
Hanya saja rindu terlalu tajam untuk di simpan

Minggu, 28 Juli 2013

Lalu siapa yang akan menghidupi mimpiku ?



Langit dan bulan separuh bersekutu malam ini
Seangkasa raya keluhmu bergetar menjadi-jadi
Ketika semua pepohonan tertidur dini hari
Auman Hewan penghuni gelap semakin menakuti

Sungai kecil beriak memenuhi hulu hilir
hanya suaramu ku dengar dengan getir
bak kilat menerjang dengan susulan petir
kemudian menikahlah aku dengan air mata berbulir

jauh—jauh hujan ditarik gravitasi bumi
dan seyummu menjelma jutaan silet menghujami
pertetesnya menghadiahkan kenangan yang kita selami
akulah kamu, kata kata dasar yang kau kelami

jalanan ini tak sama, meski belum berakhir
untuk pengembara sepertiku, semesta adalah nadir
dan kau! Ya… kau! Kau adalah takdir

Senin, 15 Juli 2013

subuh hari senin



       Ketika itu lelap menahanku untuk tetap terjaga dalam getir rasa hati yang bergemertak. Tidurku belum lengkap, ganjil. Beberapa helai rambutku tergeletak di atas buram. Semrawut, fikiranku pun. 
 
Angin menghela nafas melalui jendela kamar setengah terbuka. Kemudian ada yang menari nari di atas kepalaku, lalu menguap berhambur keluar ditelan embun—robek terkena ujung daun yang basah.

Kamus Besar Bahasa Indonesia terhenti di halaman abjad ‘D’ dengan kata ‘DUKA’ yang tersapu mataku. Ingin rasanya menghapus kata itu, sehingga nanti tak kita kenali apa itu ‘DUKA’ dikemudian hari.




~Diah Kusmira Dewi~
          04.20 am

Sabtu, 13 Juli 2013

Percakapan kecil kala gerimis




“sepertinya musim hujan memanjang”
Begitu kau kata.
“ya, bersyukurnya kita para pemuja hujan”
Begitu kata ku.

Kita berdua memang penggila hujan
Hujan dengan bentuk apapun kita gilai
Gerimis, rintik, deras dan sebagainya
Tak usah susah dimakan kangen
Hujan memang biang keladi
 pemuncul rindu yang brengsek!

Sihir senja


Kadang aku ingin menjadi senja
Yang banyak di bicarakan pasangan pasangan yang sedang dimabuk cinta
Senja yang banyak melarut di puisi para penyair
Senja yang tersebar di beberapa judul buku best seller
Ya,
Kadang aku ingin menjadi senja saja

Selamat datang di dunia senja
Dalam Keberhidupan yang semakin menua
Kala kata kata hanya menjadi pemantik keberentahan
Kemudian mengalir di sela bibir mu
Untuk menuju sesuatu dalam dadamu
Terkubur, dimakan maut.
dan segalanya
meniada.


~Diah Kusmira Dewi~