Sabtu, 22 September 2012

Memiliki Kehilangan

Sebelum jarum-jarum jam berhenti menghunuskan runcingnya dalam kenyataan yang kita punyai, sebelum  detak jantung berhenti melakukan fungsi sebagai penanda nyawa menancap dan nafas masih kita hidupi, sebelum “kita” menjadi—kau dan aku.  Masing masing dari kita harus mengerti cara untuk meleburkan asa dalam satu rasa.

“If I had no more time… No more time left to be here…Would you cherish what we had?”

Bagaimana jika aku sudah tak punya waktu lagi untuk mencintaimu? Tidak ada waktu lagi yang tersisa untuk berada di sini. Kemudian kau akan memikirkan. Kalau semua kisah ini hanya akan menjadi kapas yang beterbangan diudara, bias kau lihat tapi tak bisa kau rasakan dengan nyata. Maka saat itu juga pisau pisau penyesalan akan menembus membelah ingatanmu kala itu.

 Tidak sayang, tidak!
Takkan ku biarkan kau memilikiku dalam kehilanganmu. Sejenak luangkan waktumu untukku, supaya aku bisa mempersembahkan segala hidup dan matiku. Segala rindu dan khayalanku untukmu. Dan kita berbagi cerita tentang ketidak adilan takdir yang harus dijalani ini. Ya, kita berdua saja.
Sekarang, sadarilah dan hargai apa yang kita miliki. Yakini, kalau Itu  adalah segala sesuatu yang kau cari selama ini. Bayangkan, kalau  aku tidak bisa merasakan sentuhan sentuhanmu. Dan tidak lagi kau dengan ku disini. Maka tetap aku akan mengingkarinya, dan berharap kau ada di sini denganku. Untuk segala sesuatu yang hilang itu akan terus ku cari sampai jauh hingga mungkin aku akan tersesat.

“I don't wanna forget the present is a gift… And I don't wanna take for granted the time you may have here with me”

hinggga waktu yang tak berbatas, aku tidak ingin melupakan masa sekarang, karena ini adalah hadiah yang paling berharga. Sementara itu, tak mau ku menerima begitu saja saat kau merasa kehilangan segalanya yang tlah tersia siakan olehmu—cintaku. 

“Sebab hanya sang abadilah yang akan menjamin esok kita masih bisa bersama”

Jadi setiap kali
kau menyentuhku, kalahkan waktu. Tahan aku dan bayangkan ini waktu yang terakhir kau menciumku seperti ini. Cium aku seperti kau tidak akan pernah melihat ku lagi. Berjanjilah, setiap kali kau menyentuh ku, sentuh aku seperti kau tak punya waktu lagi. Dan berjanjilah bahwa kau akan mencintaiku, mencintaiku seperti kamu tidak akan pernah melihat ku lagi.

How many really know what love is?.. Millions never willDo you know until you lose it

seberapa banyak benar-benar kau tahu apa itu cinta? Jutaan pelukan, ciuman, kehangatan dan beribu ribu pengertian tidak akan pernah membuatmu benar benar bisa mentafsirkan cinta yang hakiki. Hingga sampai saat kau kehilangan, barulah tahu apa itu cinta. Bahwa itu segala sesuatu yang kita cari. Telah menghilang.

Ketika
kau bangun di pagi hari, aku sampingmu. Sangat bersyukur bahwa kau menemukan Segala sesuatu yang kau cari-cari

Jadi sayang, lupakan kalau kau pernah membuat niat meninggalkanku. Karena ada masa dimana kau tidak ingin melupakan masa sekarang, jalani dan terimalah ini sebagai hadiah dari sang pemilik kesempatan. Dan aku tidak mau menerima begitu saja saat kamu mungkin memiliki kehilangan, di sini dengan segala penyesalan yang menghujanimu. Sebelum semuanya menjadi keabu abuan, berjanjilah  cintai aku seperti tak akan pernah melihatku lagi di hari esokmu. 



inspired by Like You'll Never See Me Again - Alicia Keys

Rabu, 19 September 2012

Hendak Beranjak

Kita sudah terlampau jauh bermain main dengan takdir. Terlalu berani melangkahi aturan aturan yang dibuat semesta . sehingga lihai melihat hanya dengan sebilah sisi. Langit langit kita memang seharusnya tak berdampingan. Langitmu biru cerah—langitku mendung,keabu abuan.
Tidakkah kau lihat sayang… 
Kita berbeda. Seharusnya kau melewatkanku dengan segala duniaku yang aneh. Sementara itu  aku menyibukkan diri dengan membuat persamaan-persamaan antara kita. Memaksa kalau kita kembar, agar selalu dipandang jodoh. Bodoh.

Kami telah bergaul bersama-sama, Seharusnya aku tahu, Kau yang terbaik yang bisa aku cintai

aku—kamu— dan cinta yang sudah bertransformasi membentuk pola  pola yang sempurna, ini tetap kujaga. Dengan segala rasa, di semua fragmen musim, dari siuet siluet hitam pencuri kebahagiaan.
Sampai saat ini, sulit bagiku untuk menghadapinya. Semua perbedaan itu, dinding dinding tinggi dan curam, dan aku bukan pemanjat yang hebat unuk masuk menembusnya. Mustahil, tak mungkin adanya kita bersama. Meskipun takdir selalu percaya kemungkinan itu ada. Entahlah, tapi aku selalu percaya tidak mungkin itu selalu mungkin. Mengapa kita tidak saling bertemu cepat? Dan menghilang, dengan senyap lalu lenyap ditelan waktu yang berkisah

Pengorbanan biasa kulakukan. Menangggalkan dan ditinggalkan  adalah biasa bagiku. Sudah ku tinggalkan mereka semua di belakang mu.
ya, Hanya untuk mu!
Apakah
kau percaya itu?!
Aku bertawakal pada
mu

namun sesuatu menghantamku dari depan. Menampar keras keras pendirianku yang kokoh, menghancurkan segala bangunan hati yang dengan susah payah kubuat.
Sesuatu  itu, pemikiranku sendiri. Dia muncul lagi, dari kuburan ingatan tentang perbedan kita. Yang dulu telah kumatikan, sekarang bangkit dibangunkan kenyataan.

Memang, sudah waktunya aku bangun. Melihat kenyataan yang sudah tersusun rapi untukku, persembahan pemilik segala hidup.
Tapi jauh di dalam aku sadar, Bahwa aku tidak bisa ..
Tidak, aku tidak bisa
Aku menyerah.
aku menangis & bahagia

Jadi akan kau biarkan aku menjadi diri
ku sendiri. Mencapai semua impian & harapan-harapanku. Aku tahu kau mengenalku dengan baik, lebih dari aku mengenal diriku sendiri.
dan kau mencintaiku,

Mata
mu mengatakan lebih dari apa pun,
Itu benar-benar berarti bagi
ku.
lakukan itu untukku. Kau pasti bisa seperti  aku sekarang.

“jadi, bersediakah kau membebaskan ku ?”



inspired by So Would You Let Me Be - D'Cinnamons

Kamis, 13 September 2012

Prahara hati

Ditempat ini kita terjebak. Mengawali semua hal hal yang nantinya hanya akan menggiring kita dalam surga fatamorgana. Entah sempurna atau sekedar berpura-pura sempurna. Peduli apa tentanng arti sempurna sendiri ? kalau aku + kamu = kita . sekarang aku jadi rajin menulis puisi puisi perihal cinta, perihal kebahagiaan setelah bosan aku merasa menulis sajak sajak sedih yang berdarah selepas kau melangkah keluar dari garis kehidupanku. Ahh, bodoh sekali aku pernah menjadikanmu nyawa beberapa puisiku.

“Di sini semua berawal. Walau seribu tanya bicara. Terbungkam oleh pesona”

Kemarin, kini dan nanti hanyalah sebuah kata yang kurasa sama  saja—tanpamu. Namun kini telah kutemukan apa yang pernah menghilang dari dalam jiwaku. Engkau yang baru. Waktu mempertemukan kita dalam sebuah awal, peradaban baru, mungkin untuk menuliskan kisahku yang baru. Karena takdir sudah bosan membaca bait bait kesedihan yang menjadi nyawa buku ceritaku.  

Kau seperti asing bagiku. Atau memang aku yang sudah merasa di asingkan oleh perasaan sendiri. Sebuah sudut pandang yang memintal benang benang Tanya tentangmu pun  aku ciptakan. Dapatkah kita saling melengkapi yang sudah sudah ? memperbaiki yang sudah usang ? dan banyak lagi pertanyaan tak terjawab yang terus menerus ingin kulahirkan dalam kepalaku yang sudah sesak.

“Tanpa arah, semakin jauh. Ku bertahan. Haruskah ku hilang, tanpa pesan. Akankan ku rindu, semua kesan”

Tuan, kuberikan kau seluruhnya yang meluruh dalam nadi dan hati. Biarkan aku meliar, menjamahimu dari segala mata angin. Semakin jauh—jauuh dan jauh sampai tak kita kenal lagi kata batas. Berjanjilah, bertahan denganku sedari apa yang menerjang kita yang merupa badai badai kecil. 

Tolong jangan biarkan aku merasakan kehilangan berkali kali, karena aku akan benar benar rusak dan kau menghilang tanpa pesan. Tapi anehnya, rindu rindu tetap kuawetkan saja selepas aku  mengenal kesanmu. Terendap indddah danmelekatdihati.

*

Bisa kah kita bermain berpura pura ?
Kau yang berpura pura mencintaiku dan aku yang berpura pura percaya dengan ketulusanmu.
Hingga kita lupa kalau telah berpura pura—lelah, dan akhirnya memilih menjalani itu seperti tak berpura pura. 

Namun tuan, jangan mengkwatirkan tentangku. Tentang rasa yang sudah bergaransi.
Bukankah  masing masing dari kita sudah lihai mengelabui perasaan. Teruslah merengkuh satu sama lain, hingga pagi—sore—malam tak kita hiraukan pergeseran bulan dan matahari. sampai semua terungkap, Walau nyata enggan berkata. Terbungkam oleh prahara


“Sentuhlah hatiku, rasakannya berbeda. Rengkuhlah pikirku, bawa ku ke duniamu. Dengarlah harapku, akankah kau mengerti. Bila hadirmu buat hatiku, seringan awan”




inspired by Seringan Awan - Homogenic

Senin, 10 September 2012

Pelukis malam


Semua nya melambat menuju gelap yang tak dapat di ingkari, sedang aku disini masih belari tak henti mengejar  yang  tak  pasti. Impian impian—yang  kadang seperti siluet matahari sore. Indah, namun tak dapat di rasakan dengan indra. Seperti inilah sekarang, rembulan senja, pelan muncul di ufuk barat, aku, duduk dan hanyut terbuai maya nya.

Tersebab apapun ku bicarakan pada hati ini kalau kesedihan juga patut untuk dirayakan. tentang rindu yang sedang terluka. Bahwa kesedihan pun bukan berasal dari mata yang berkaca pada masa lalu. Menghadirkan wajah-wajah yang meluruh pada waktu. Tak ada lagi, tempat untuk menumpuk rerinduan yang tertahan kala senja sudah berhasil melukiskan mu. 

Terkabar cerita, tentang bintang kejora yang ingin menyusul sang angin malam panjang. Aku diam dan mencoba menghirup dalam nafas, menderu dan menyulam tanya dalam kepala sendiri.

“Dapatkah, aku.. melukis dikau... ?”

menorehkan semuanya dikanvas gelap, dengan sedikit sentuhan cahaya bulan. Menghadirkan kenangan dan kau yang masih menjadi tokoh utama. Wahai,malam panjang..Tuntunlah penaku melukis wajahmu, indah di dalam kalbu. Dan aku terpatri—siap untuk terbuai.


disinilah tepatnya, para binatang malam melirih mengisi sunyi damai. Sedang aku,berdiri dengan takjub

Oh langit,malam..
Payungi gugusan bintang kecil
aku,terpejam mengucap do'a

dapatkah, aku, melukis dikau...




inspired by Pelukis Malam - Nugie