Ketika itu
lelap menahanku untuk tetap terjaga dalam getir rasa hati yang bergemertak. Tidurku
belum lengkap, ganjil. Beberapa helai rambutku tergeletak di atas buram. Semrawut,
fikiranku pun.
Angin menghela
nafas melalui jendela kamar setengah terbuka. Kemudian ada yang menari nari di
atas kepalaku, lalu menguap berhambur keluar ditelan embun—robek terkena ujung
daun yang basah.
Kamus Besar
Bahasa Indonesia terhenti di halaman abjad ‘D’ dengan kata ‘DUKA’ yang tersapu
mataku. Ingin rasanya menghapus kata itu, sehingga nanti tak kita kenali apa
itu ‘DUKA’ dikemudian hari.
~Diah
Kusmira Dewi~
04.20 am
Tidak ada komentar:
Posting Komentar