Selasa, 01 Mei 2012

Syair selintas

@sihir_senjaa
selintas kenangan begitu menyilaukan, namun pagi begitu menyesakkan, dikala secangkir kopi selalu menggambarkanmu


 kemarau panjang semusim berlalu,seberkas cahaya meminjam kehangatan pada dingin yang menggigil. selimuti aku,dengan segala cinta
 hatimu danau sunyi yang terdalam. relakan aku menghanyutkan diri sebagai apapun yang tenggelam ke dasar dan mengabadi
akulah awan hitam yg tak diinginkan, menjatuhkan diri kebumi sebagai peretas air yg mengalir ke lautan cintamu
 sila bertandang di pagiku, ku persiapkan segelas air yang menghapus dahaga sebab rindu
pada sejengkal waktu-- aku mengabdi jauh jauh di masa lalu. meskipun cintaku keliru, rindu selalu sejernih embun meluruh  
kiranya pagi, selalu membawa tetes embun yang menjaga jernihnya mata hati
sebelum embun berbagi beningnya di dedaunan, rindu ku telah berjaga di depan jendelamu dan tersenyum
Dalam fikir; semestinya aku yang menjadi penguasa. Namun kau sudah menjadi semesta tunggal
Dalam kelam, ada rindu yang menyelam. Dalam-dalam, sampai pada masa silam
 Dingin pagi ini-kurasakan hangat dalam dada. Terkira, ku masih menyalakan api rindu. Abadi dalam sepi
Kuhambakan pada malam; segala kenang dengan tenang, semua harap menjadi gelap, di kesunyian kita sembunyi
 Kuadukan pada malam, tentang senyummu yang temaram. Menjadi kan ku tak perlu cahaya, hanya padam dengan kenangan
 Belum juga aku terlelap. Ku akui kalau rindu selalu menang, menjagaku dari esok yang segera bertandang
Bahagia adalah setiap saat masih bisa membuka mata dan masih merasakanmu yang tak pernah rapuh oleh waktu
Tak peduli apa yang dibawa hujan pada jendela kamarmu saat ini, selagi kau masih merasakan kehangatan kenangan
 Kepada pagi ku titipkan sajak yang sahaja, hanya karena ku tak sanggup berucap 'cinta' kepadamu
Ku tak merangkai bunga pada pagimu-namun aku merangkai senyum tuk ku tujukan pada hatimu
Jangan takut cinta, bukankah kita sudah berjanji mengakrabi kenyerian ? Sejak kita mengalah pada sunyi dan sepi
 Kita tak benar-benar saling melupakan. Hanya saja mengalah pada dimana kita diruangkan oleh waktu
Tapi mimpi mampir denganmu,menawarkan segala bayang tentang kita. Dan hujan merayakannya dg riuh pada awal pagi ini 
Mari merayakan debaran dalam dada. Menandakan bahwa cinta masih ada, dengan kau yang sudah tiada
 rasakanlah setiap angin mengandung rinduku, dari setiap mata angin menderukan namamu yg ku eja di balik dadaku
 Hujan tercipta dr senyawa rindu & kenangan . Keduanya teramu baik dlm rerintikan & menembus hati pd masing-masing penikmatnya
Kenali rerinduan ini seperti rerimbunan daun yg jatuh dan berserakan di hati. Lalu kau,memungutinya satu persatu & membakarnya
maka nanti kau dapati, lengkung senyum saat mengingat "kita" pernah tersenyum bersama di suatu masa yg sudah lewat
biasa ialah saat aku mendengar hembusan nafasmu di setiap pagiku, siangku dan malamku
kudapati satu pemahaman tentang. Hambar; saat kau jauh-jauh ada di depanku. Dan semua membias dengan pasti
Lambaikan tanganmu sayang, lambaikan lambat-lambat saja. Karena aku ingin melihatmu, agak lama dari yg disebut selintas.
pengertian adalah harga yg harus kita bayar kala terbentur pendapat yg berbeda satu dan lain hal
merinduimu, tak sebanding dengan mengingatmu! Karena aku sudah lebih dulu mengingatmu dalam segalanya sebelum merinduimu
waktu memburu kita, lekaslah tuan. Kenali aku secepatnya, lepaskan aku kalau kau tak ada rasa
Biarkan jam-jam mendetakkan jarumnya. Menikam sesunyian dengan bebunyian yg ringan. Dan seluruh angan akan diruangkan
kubalut semua yg patah, tapi bukankah hati sudah pandai untuk patah dan membalut sendirinya ?
 hari-hari berganti, begitu pun fokus mataku yg berkurang. Benarkah kau sudah tak kulihat? Atau memang menghilang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar