Dari beberapa banyak hal yang ku yakini di dunia ini
salah satunya adalah awalan dan akhiran. Entah itu awalan yang indah dan
berbunga bunga, sampai jatuh pada akhiran yang sedih dan tersayat sayat. Pun
begitu sebaliknya, awalan yang tak ku hendaki sampai berlabuh pada akhiran yang membuat semua hidupku
berubah drastis menjadi kumbang yang terperangkap di taman bunga. Sempurna,
sebelum ironis.
Aku, kamu, kita dan mereka — tak pernah bisa memilih
mengenai awalan yang akan ditempuh. Hanya bisa menerka nerka, apakah awalan ini
nantinya akan membawa kita pada sebuah kisah yang bercerita tentang kebahagiaan
atau kesedihan. Dan inilah kisahku, yang ku ilhami sebagai awal yang baik untuk
sebuah cerita. Masih dengan cinta, tema utamanya.
Sederhana saja, karena tak pandai merangkai kata. hanya
berkisah, dan ini kisahku;
*
aku buta mata, hati dan telinga atas apa yang aku
rasakan. Salahkan cinta, aku jadi begini.
“bila aku
jatuh cinta, aku mendengar nyanyian 1000 dewa-dewi cinta menggema dunia”
Terdampar pada sebuah savana penuh bunga yang
berwarna. Ada bunga yang berwarna cerah sampai bunga yang pucat pasi dan tak
berbentuk. Kulihat, kuraba dan ku ciumi satu satu. Begitu menyengat. Keadaan
ini aneh, darimana aku mendengar suara merdu itu ? bukan manusia, sampai
akhirnya aku putuskan “mungkin itu dewa-dewi sedang bernyanyi tentang
cinta” fikirku. Entah berapa banyak
dewa-dewi itu, tetapi suaranya bisa kudengar dengan jelas dan bergema dunia.
“bila aku
jatuh cinta, aku melihat matahari, kan datang padaku, dan memelukku dengan
sayang”
Tak pernah mau ku sangka ku dapati diriku jatuh,
diantara rimbunnya kelopak bunga yang gugur. telanjang mata ku lihat dewa-dewi
itu bersinar melebihi matahari yang kala itu sedang meredup entah malu atau
sungkan pada mereka. Pelan pelan turun, menjamah tubuhku yang masih lunglai
akan kenyataan di depan mataku. Dewa-dewi itu, memelukku. Dengan sayang.
Ahh, tuan tolong aku. Aku masih belum siap jatuh
cinta. Ritual ini.. Ritual ini.. pasti bertujuan membuatku jatuh cinta.
“bila aku
jatuh cinta. Aku melihat sang bulan kan datang padaku, dan menemani aku”
Tak ku ketahui secara pasti, dari matahari yang malu
malu menembus jajaran dewa-dewi itu, telah berganti menjadi bulan. Sepertinya
dia lebih berkawan. mendatangiku, menemaniku sesambil bercerita tentang asa
muasal dewa-dewi.
Konon siapapun yang akan jatuh cinta, selalu di datangi oleh dewa-dewi
berparas ayu nan ganteng. Tapi kenapa harus aku yang di datangi mereka ?. tak
henti hentinya aku berfikir dan bertanya entah kepada siapa.
Mungkinkan aku memang jatuh cinta ? atau mereka
hanya mengharuskan aku jatuh cinta ?
Banyak pertanyaan lahir di kepalaku yang semakin
sempit ini. Mendesak desak. Memaksa setiap pertanyaan supaya di pasangkan
dengan jawaban jawaban realistis yang kadang tak masuk di akal.
*
Keesokan harinya aku merasa semuanya semu. Entah
rasa apa yang merasuki ku dan mengalir dalam darah serta menderu dalam nafas.
Aku merasa, begitu aneh. Dan tak seperti biasanya.
Mungkinkah ? mungkinkah ? mungkinkah aku yang selama
ini tak pernah percaya kalau cinta itu ada bisa membenarkan “cinta telah
lahir”. Dalam tubuhku, ku akui ada sebuah kekuatan mahadahsyat yang
mengendalikan semua bagian bagiannya. Aku pasrah.
“melewati
dinginnya mimpi”
Semua itu serasa
mimpi yang mengejutkan dan indah. Entah indah bagian mananya, aku lebih
mengenalnya sebagai mimpi yang menakutkan.
Semenjak itu. Aku lebih berusaha menjalani dinginnya
mimpi mimpi.
Mimpi mimpi yang kurajut setiap malam malam. Tentang
perasaanku yang semakin tumbuh dan tumbuh.
Untuk saat ini, jangan bangunkan aku dari mimpi di
tidurku. Aku merasa, menemukan kenikmatan besar.
Kenikmatan sebuah awal yang indah, bersamamu, cinta.
dan aku jatuh, jauh.. jauh.. ke apapun yang membawaku melayang ke atas
*
“ bila aku jatuh cinta bersama dirimu, peluk aku,
ciumlah aku, sayang... “
Inspired by : Nidji – Bila aku jatuh cinta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar