Semua nya melambat menuju gelap yang tak dapat di ingkari, sedang aku disini masih belari tak henti mengejar yang tak pasti. Impian impian—yang kadang seperti siluet matahari sore. Indah, namun tak dapat di rasakan dengan indra. Seperti inilah sekarang, rembulan senja, pelan muncul di ufuk barat, aku, duduk dan hanyut terbuai maya nya.
Tersebab apapun ku bicarakan pada hati ini kalau kesedihan juga patut untuk dirayakan. tentang rindu yang sedang terluka. Bahwa kesedihan pun bukan berasal dari mata yang berkaca pada masa lalu. Menghadirkan wajah-wajah yang meluruh pada waktu. Tak ada lagi, tempat untuk menumpuk rerinduan yang tertahan kala senja sudah berhasil melukiskan mu.
Terkabar
cerita, tentang bintang kejora yang ingin menyusul sang angin malam panjang.
Aku diam dan mencoba menghirup dalam nafas, menderu dan menyulam tanya dalam
kepala sendiri.
“Dapatkah, aku.. melukis dikau... ?”
menorehkan semuanya dikanvas gelap, dengan sedikit sentuhan cahaya bulan. Menghadirkan kenangan dan kau yang masih menjadi tokoh utama. Wahai,malam panjang..Tuntunlah penaku melukis wajahmu, indah di dalam kalbu. Dan aku terpatri—siap untuk terbuai.
disinilah tepatnya, para binatang malam melirih mengisi sunyi damai. Sedang aku,berdiri dengan takjub
Oh langit,malam..
Payungi gugusan bintang kecil
aku,terpejam mengucap do'a
dapatkah, aku, melukis dikau...
“Dapatkah, aku.. melukis dikau... ?”
menorehkan semuanya dikanvas gelap, dengan sedikit sentuhan cahaya bulan. Menghadirkan kenangan dan kau yang masih menjadi tokoh utama. Wahai,malam panjang..Tuntunlah penaku melukis wajahmu, indah di dalam kalbu. Dan aku terpatri—siap untuk terbuai.
disinilah tepatnya, para binatang malam melirih mengisi sunyi damai. Sedang aku,berdiri dengan takjub
Oh langit,malam..
Payungi gugusan bintang kecil
aku,terpejam mengucap do'a
dapatkah, aku, melukis dikau...
inspired by Pelukis Malam - Nugie
Tidak ada komentar:
Posting Komentar