Sabtu, 12 November 2011

Sebuah pagi, gerimis dan kopi

Tak pernah mau kuingat, sejak kapan aku mulai mencintai dengan tingkat atas keadaan yang seperti ini. Pagi yang murung, saat tak ada burung yang ingin berdengung. Adalah bunyi gerimis yang sexy, yang masih saja mengalunkan sajak sajak dinginnya dari tadi malam. Kulengkapi dengan asap yang kubuat dari seduhan secangkir kopi ternikmat yang kudapat resepnya darimu saat itu.
Kombinasi yang sempurna, saat dimana tak ada yang sempurna yang terjadi dikehidupanku sekarang. Aku mengenalmu, aku mengingatmu sampai aku tak merinduimu lagi. Ini sumpahku! 
Sesekali, menyesapi secangkir kopi ini sambil mendenguskan nafas kerinduan untukmu ke udara dingin ini. Tak apa kan ? Selagi kau bersama dia, toh aku bebas membuatmu hidup di fikiranku sendiri. Ini klise, ini ruwet kubilang. Namun, dengan tetap mencintaimu aku bisa hidup dengan mimpiku yang kosong. Kosong-pun, aku masih bisa memikirkanmu. Betapa hebatnya fikiranku ini.
Pagi ini, aku benci!. Aku benci dengan semua hal tentang apa yang bisa merangsang ingatan tentangmu yang menguap, bak tanah yang kering, dibasuh hujan sedetik dengan volume yang lebat. Suatu saat, aku akan terbiasa dengan merinduimu setiap pagi, setiap gerimis, dan setiap menyeruput kopi yang aku tuangkan ke bibirku.
       Aku tak ingin kau mengingatku di hari esokmu yang penuh penyesalan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar